Tak
Mengapa (Sebuah Syair)
Untuk
seorang kekasih:
Tak
mengapa kumenjadi lilin
Ia memang
remuk dilahap cahaya
Yang ia
pancarkan sendiri
Yang ia
bagikan sendiri
Namun
jangan kira ia telah hilang bentuk
Tidak,
sama sekali tidak
Ia tak
hilang
Ia tak musnah
Ia hanya
menguar
Menjadi
bentuk yang lebih lembut
Karbon
yang menelusup ke sela-sela stomata
Menjelmalah
ia senyawa
Yang kau
hisab tanpa kau tahu
Bahwa aku
telah memasukimu
Merasuk
dalam detak jantungmu
Mengalir
bersama urat nadimu
Aku
menyayangmu
Lebih dari
kumenyayang diri
Maka, usai
kubagikan cahaya
Tak
mengapa jika ragaku luluh
Karena
dengan cara itulah
Aku
menyatu dengan jasadmu
Meski tak
kau sadari
Meski tak
kau sadari
Aku ingin
percintaan kita
Bak udara
dengan manusia
: Bak udara dengan manusia
(Kemanfaatan
itu mungkin tak dirasa
Baru
ketika tiada menggusur ada
Manusia
tiba-tiba kehilangan nyawa)
Dan
tahukah, wahai engkau?
Jika kau
anggap aku penebar cahaya
Aku tak
mau menjadi lampu
Yang tak
mau mengorbankan diri
Untuk ujud
yang lebih lembut
Aku ingin
menjadi lilin
Tak
mengapa menjadi lilin
Karena
keremukan itu
Akan
membuatku
Menyatu
dengan jasadmu
Tanpa kau
tahu
Tanpa kau
tahu
Tak
mengapa kau tak tahu
Karena
cukup bagiku
Yang Maha
Tahu
By : Affifah Afra Amatullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar