Senin, 16 Juli 2012

Ne.... buku-buku kesayanganQue.....

Resensi) Trilogi Johana Rijkaard by Afifah Afra Amatullah
1. Buku Pertama : Bulan Mati di Javasche Orange

Prince George (Mahmud Ali Syah) dikirim ibunya ke Hindia Belanda (Indonesia) begitu sang ibu yang merupakan bangsawan penting di Inggris mengetahui ia terlibat gerakan pan Islamisme menentang Kemal Pasya Attatruk di Mesir, tempat ia menuntut ilmu.
Ia kemudian bertemu dengan Johanna alexander Rijkard, temannya ketika kuliah. Sejak awal ia sudah terpikat pada pesona gadis itu yang merupakan putri tunggal dari seorang pejabat di Hindia Belanda. Pada akhirnya ia menikahi Johanna, meskipun mereka berbeda agama.
Persahabatan mahmud dengan pribumi bernama Hamzah Ikhwani semakin menimbulkan rasa bersalah di hatinya. Dari Hamzah, ia kembali merasakan suasana religius yang kental. Selain itu ada oportunis Raden Anggoro Karto Saputro yang tergila-gila pada Johanna. Cerita makin rumit dengan kepulangan Parmin, teman Hamzah di pesantren dulu yang telah berpindah haluan menjadi seorang komunis.
Berbagai kejadian menyebabkan peristiwa-peristiwa tragis terjadi terhadap Johanna dan Mahmud. Saat Johanna mengetahui sebuah rahasia penting tentang dirinya dan Hamzah, takdir membuatnya kehilangan semua orang yang dicintainya termasuk suaminya.




Buku 2 : Syahid Samurai



Johanna mengira suaminya, Mahmud Ali Syah sudah meninggal. Padahal ia sedang hamil. Ditengah keputusasaan, ia berniat untuk bunuh diri. Namun takdir mempertemukannya dengan seorang wanita sufi yang kemudian menjadi gurunya. Bersama sang guru ia yang kemudian diberi nama Khadijah mengalami perjalanan spiritualnya ke berbagai tempat. Penuh keprihatinan ia membesarkan anaknya, Umar.
Sementara Mahmud yang belum berhasil menemukan Johanna, akhirnya menikahi gadis pesantren sholeha. Pertemuannya kembali dengan Khadijah yang telah menjadi muallaf menjadi dilema sendiri. Indonesia pasca usainya kolonialisme menjadi tempat yang paling tidak aman bagi orang-orang Eropa. Khadijah mengalami pedihnya kehidupan dibawah pemerintahan Jepang. Namun tak ada yang lebih menyakitkannya selain perpisahan dengan putranya, Umar. Ketika menjalani kerja Rodi Khadijah hampir diperkosa kalau tidak ada samurai tanguh yang menolongnya, Akiro Fujiwara. Sejak awal Akiro sangat mengagumi kesalehan Khadijah, berkali-kali ia bertentangan dengan sesamanya dmei menolong Khadijah.
Selama itu, ia menemukan cinta baru selain cintanya pada Khadijah. Ia mulai mengenal cahaya islam. Namun perang terus bergulir, Belanda kembali menguasai Indonesia. Akiro membuktikan cintanya, bukan sekedar cintanya pada Khadijah.
Buku 3 : Peluru di Matamu


Jack, laki-laki tampan yang menjadi idola di kampusnya tergila-gila pada Ivana Martin. Demi Ivana ia rela melakukan apa saja. Ia tak pernah tahu bahwa Ivana, tokoh komunis itu hanya memanfaatkannnya.
Demi Ivana pula akhirnya ia bertemu dengan kedua orang tuanya di Indonesia, Khadijah dan Mahmud. Hanya saja kali ini  misinya bukan sekedar “pulang kampung”.
Sementara itu Mahmud tidak hanya dipusingkan dengan pemikiran bagaimana supaya ia bisa bersikap adil pada kedua istrinya. Lebih dari itu, pesantren yang dipimpinnya berulang kali mendapatkan masalah, di duga ada penyusup dan pengkhianat didalamnya. Tanpa disadari pengkhianat itu adalah putra dan adik iparnya sendiri.
Pamungkas dari seri ini benar-benar menguras emosi saya. Well, gambaran tentang PKI di novel ini benar-benar membuat saya muak. Kadang mata ini sampai berkaca-kaca. Yang paling menyebalkan tentu saja Jack (Umar) dan Ivana. Namun, berikutnya saya ikut merasakan penyesalan Jack yang mendalam setelah ia mengantarkan ayahnya sendiri ke tiang gantungan. Matanya yang jadi pujaan gadis-gadis itu telah menjadi peluru yang mematikan bagi kedua orang tuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar